Ad Code

Responsive Advertisement

Konsep Sehat-Sakit Menurut Budaya Masyarakat

Masyarakat sedanf berolahraga
Gambar Foto Pixabay.com

Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat - Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut  pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan  kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah se sederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek.  Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan memberi perhatian  pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah  laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara  keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.

Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya,  hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar. cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena  yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit.

Baca Juga :

Pengertian Sakit dalam Bahasa Inggris

Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. 

Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau  kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal,  wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari –hari dengan gairah.  Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan  yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan  sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.

Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang  dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang  tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala  massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.

Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai -nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup di dalamnya.

Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala. Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia. Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga yang merasa tercemar bila salah seorang anggota keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang sangat berat(8). Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis kusta.

Baca Juga:

Pengertian Ilmu Kesehatan Masyarakat Menurut Para Ahli

Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk -batuk, mual, diare.

Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah -muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak. Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda - tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur tergan ggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja. Pada penyakit batin tidak ada tanda -tanda di badannya, tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit - sakit badan.

Baca Juga:

Ruang Lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat

Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit,  masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya uang).  Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :

  1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
  2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
  3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).

Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat -obatan, ramuan ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit. Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :

  1. Sakit demam dan panas. Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas.
  2. Sakit mencret (diare). Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain - lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain -lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya tidak tepat.
  3. Sakit kejang-kejang Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
  4. Sakit tampek (campak) Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk, yang menurut kepercayaan dapat mengisap penyakit.

Konsep Sehat dan Sakit Berdasarkan Dimensi Sosial, Medis dan Psikologis

Badan Kesehatan dunia {WHO} memberikan batasan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat sehat saja. Dari batasan ini terlihat adanya konsep tiga dimensi sehat, yakni : fisik, mental dan sosial. Berdasarkan defenisi diatas, maka kondisi sehat dan sakit seseorang di tuangkan dalam konsep tiga dimensi status kesehatan seseorang yang meliputi aspek medis, sosial dan psikologis, perpaduan ketiga dimensi tersebut melahirkan delapan tingkatan sehat sebagaimana dijelaskan pada gambar berikut ini.

Tabel : Komposisi Dari 8 Tingkatan Sehat

Sumber : Wolinsky, The Sociology Of Health.

Dari tabel diatas diketahui terdapat delapan tingatan sehat dan sakit pada diri seseorang sebagaimana dapat dijelaskan sebagai berikut ;

1. Sehat Walafiat (Normally Well)

Status Kesehatan ini merupakan satu dari dua status kesehatan yang paling mudah ditentukan, yaitu sehat dan sakit. Pada Status ini penilai kesehatan masyarakat bahwa ketiga dimensi kesehatan yaitu psikologis, media dan sosial baik. Seseorang yang berada didalam status ini mempunyai kesehatan yang normal.

2. Pesimistik (Pessimistic)

Golongan pessimistic ini percaya bahwa ia sakit, padahal pada penilaian dimensi medis dan sosialnya ia baik. Golongan ini paling sering menyelidiki penilaian sakitnya dari golongan penilai media dan sosial.

 3. Sakit Sosialnya (Socially ill)

Status kesehatan ini ditandai apabila seseorang mempunyai penilaian kesehatan yang baik dalam dimensi Psikologis & Medis, tetapi sakit dalam penilaian dimensi sosial.

4. Gusar (Hypochondriacal)

Hypochondriacal adalah status kesehatan seseorang yang mempunyai penilaian baik dalam dimensi medis, tetapi sakit dalam penilaian dimensi psikologis dan sosial.

5. Sakit Secara Medis (Medically ill)

Seseorang mempunyai penilaian sakit dalam dimensi medis tetapi baik dalam penilaian dimensi psikologis dan sosial.

6. Martir

Seseorang dalam penilaian medis dan psikologisnya sakit. Tetapi mereka dapat tetap menampilkan dirinya melaksanakan tugas dan peranan sosialnya dengan baik.

7. Optimistik (Optimistic)

Seseorang menganggap dirinya tetap sehat, tetapi pada penilaian kesehatan dalam dimensi sosial dan medisnya sakit.

8. Sakit Parah (Seriosly ill)

Seseorang dalam status kesehatan ini dinyatakan sangat sakit dan membutuhkan perawatan medis, sosial dan psikologis.

Penulis: Dr. Irwan S.KM, M.Kes

Post a Comment

0 Comments

Close Menu