![]() |
Gambar Foto : Pixabay.com |
Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat - Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistic Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan tetapi bagaimana menjadikan orang tetap dalam kondisi sehat. Kesehatan dipengaruhi banyak faktor, yang utama lingkungan dan perilaku. Kesehatan juga merupakan hak azasi manusia dan menentukan kualitas hidup sumber daya manusia. Sejalan dengan berkembangnya waktu paradigma pelayanan kesehatan sedang dikaji ulang.
Hal
ini berkaitan erat dengan keoptimalan masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan. Undang – undang No.36 tahun
2009 tentang kesehatan ikut menyatakan, pertama : menimbang bahwa kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kedua :
setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, serta penigkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional, ketiga : setiap hal yang
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan
menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan negara, keempat : setiap
upaya pembangunan harus dilandasi dengan
wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan
kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah
maupun masyarakat.
Baca Juga:
Ruang Lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat
Pada
intinya paradigm sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang
bersifat pencegahan dan promosi kesehatan , memberikan dukungan dan alokasi
sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan
yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada
masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit
(soejoeti , 2005 )
Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini maka cara pandang kita terhadap kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila dahulu kita mempergunakan paradigma sakit yakni kesehatan hanya dipandang sebagai upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter dengan pasien (dokter dan pasien). Namun sekarang konsep yang dipakai adalah paradigma sehat, dimana upaya kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan individu ataupun masyarakat (SKM dan masyarakat).
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat
faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor
lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan
(jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut
saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat
kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia
merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi,
disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku
yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan
hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
Menurut
Hendrik L. Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan
masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Lingkungan
Lingkungan
memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas
kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan
menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial.
Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara,
tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan
hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan
sebagainya
2.
Perilaku
Perilaku
merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena
sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu,
juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan,
pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada
dirinya.
3.
Pelayanan kesehatan
Pelayanan
kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam
pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.
Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau
tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan
motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta
program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukan.
4. Keturunan
Keturunan
(genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak
lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan
asma bronehial.
Hendrik
L.Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan,
yaitu:
1) Life spam: yaitu lamanya usia harapan
untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian
masyarakat yang bukan karena mati tua.
2) Disease or infirmity: yaitu keadaan
sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.
3) Discomfort or ilness: yaitu keluhan
sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari
dirinya.
4) Disability or incapacity: yaitu
ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan
menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
5) Participation in health care: yaitu
kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya
untuk selalu dalam keadaan sehat.
6) Health behaviour: yaitu perilaku
manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan
masalah kesehatan.
7) Ecologic behaviour: yaitu perilaku
masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.
8) Social behaviour: yaitu perilaku
anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.
9) Interpersonal relationship: yaitu
kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.
10) Reserve or positive health: yaitu daya
tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat
dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.
11) External satisfaction: yaitu rasa
kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah,
sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi.
12) Internal satisfaction: yaitu kepuasan
anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.
Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam hal ini memegang kendali dominan dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter dengan pasien hanya sebatas individu dengan individu tidak secara langsung menyentuh masyarakat luas. Ditambah lagi kompetensi dalam memanagement program lebih dikuasai lulusan SKM sehingga dalam perkembangannya SKM menjadi ujung tombak program kesehatan di negara-negara maju.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia
justru, paradigma sakit yang digunakan. Dimana kebijakan pemerintah
berorientasi pada penyembuhan pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter,
perawat dan bidan sebagai tenaga medis dan paramedis mendominasi. Padahal upaya
semacam itu sudah lama ditinggalkan karena secara financial justru merugikan
Negara. Anggaran APBN untuk pendanaan kesehatan diIndonesia semakin tinggi dan
sebagian besar digunakan untuk upaya pengobatan seperti pembelian obat, sarana
kesehatan dan pembangunan gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat
kesehatan kita harus menaruh perhatian besar pada akar masalahnya dan
selanjutnya melakukan upaya pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan
harus fokus pada upaya preventif (pencegahan) bukannya curative
(pengobatan). Namun yang terjadi
anggaran untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui program promosi dan
preventif dikurangi secara signifikan. Akibat yang ditimbulkan adalah banyaknya
masyarakat yang kekurangan gizi, biaya obat untuk puskesmas meningkat,
pencemaran lingkungan tidak terkendali.
Pengertian Sakit dalam Bahasa Inggris
Sebagian
besar negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga kesehatan warga
negaranya. Untuk Negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Sehingga asupan makanan anak-anak mereka begitu dijaga
dari segi gizi sehingga akan melahirkan keturunan yang berbobot. Kondisi yang
berseberangan dialami Indonesia sebagai Negara agraris, segala regulasi
pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada penanggulangan kekurangan gizi
masyarakatnya. Bahkan dilematisnya banyak masyarakat kota yang mengalami
kekurangan gizi. Padahal dari hasil penelitian membuktikan wilayah Indonesia
potensial sebagai lahan pangan dan perternakan karena wilayahnya yang luas
dengan topografi yang mendukung. Mengapa terjadi demikian, satu jawaban yang pasti seringkali dalam
analisis kesehatan pemerintah kurang mempertimbangkan pendapat ahli kesehatan
masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang dibuat cuma dari sudut
pandang kejadian sehat-sakit.
Dalam
konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling
keterkaitan berikut penjelasannya :
1.
Perilaku masyarakat
Perilaku
masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk
mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan
sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga
kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju satu
misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang
memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan
masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan
menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan
peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk
menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan
sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model
harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
2.
Lingkungan
Berbicara
mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan
yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya
penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya
penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan
tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung
jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas
sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana berperan besar dalam
mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan masyarakat. namun
dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas
padahal banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam
berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
Disamping
lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk
sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu
dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang
buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
3.
Pelayanan kesehatan
Kondisi
pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan
posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu
dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Baca Juga:
Pengertian Ilmu Kesehatan Masyarakat Menurut Para Ahli
Puskesmas
sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar
perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan
edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai
manager yang memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam
menyusun program-program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan
penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh
sakit.
Banyak
kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah,
malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung
karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah
dicegah asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi
lingkungan dan kesehatannya.
4.
Genetik
Seperti
apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan itu menjadi kunci
dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh
kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan
kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki
kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam
hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah
perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih
banyak saja anakIndonesiayang status gizinya kurang bahkan buruk. Padahal
potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah program penanggulangan
kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan.
Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan
berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat
dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.
Penulis: Dr. Irwan S.KM, M.Kes
0 Comments