Gambar Foto : Pixabay.com |
Buku Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut - Jewawut bersifat toleran terhadap beberapa jenis herbisida. Hanya beberapa jenis serangga dan penyakit saja yang menyerang tanaman jewawut. Hama yang paling banyak menyerang jewawut adalah burung, yang sangat menyukai biji jewawut, bahkan sejak di pertanaman. Beberapa di antara penyakit tanaman yang menyerang jewawut adalah bercak daun oleh jamur Helminthosporium sp., dan penyakit hawar daun oleh bakteri Pseudomonas sp, serta penyakit gosong (smuts) oleh jamur Ustilago crameri (Johnson andCroissant, 2002). Walaupun demikian penyakit-penyakit tersebut tidak pernah terjadi secara epidemik.
Berikut ini diuraikan beberapa
jenis hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman serealia, termasuk tanaman
jewawut (Millet):
Lalat bibit termasuk genus
Atherigona yang banyak menyerang tanaman jewawut di seluruh dunia. Serangan
lalat bibit dapat menurunkan hasil antara 12-46% serta menurunkan hasil biomas
sampai 57% (Prasad et al, 2015). Aktifitas serangan lalat bibit sangat tinggi
pada kondisi panas (suhu di atas 35oC) yang ekstrim serta hujan yang turun
terus menerus. Kerusakan terbesar terjadi antara 1-4 minggu setelah tanaman
berkecambah. Siklus hidup lalat bibit berkisar antara 17-21 hari.
Pengendalian hama lalat buah dapat dilakukan secara alami atau dengan menggunakan insktisida berbahan aktif Cypermethrin EC (750 rnyha) atau Quinalphos 25 EC (400 g/ha bahan aktif). Selain itu dapat juga digunakan Carbofuran butiran 3G ( dosis 5 kg / ha) dan diberikan ke tanaman.
Hama penggerek batang jewawut
(Coniesta ignefusalis) merupakan salah salah satu hama utama yang menyerang
tanaman jewawut di Asia dan Afrika. Hama ini mempunyai pupa dengan panjang
sampai 15 mm, berwarna kekuningan sampai coklat kemerahan. Terdapat paku
seperti duri pada ruas perut dan biasanya ditemukan di dalam batang. Ngengat
dewasa memiliki rentang sayap sekitar 8 sampai 15 mm, sayap depan berwarna
cokelat keemasan dan sayap belakang putih halus.
Larva menyerang titik tumbuh dan
daun millet, dan mengebor ke dalam batang menyebabkan kematian tanaman. Pada
tanaman yang lebih besar, gejala terlihat antara dua hingga tiga minggu setelah
batang terinfestasi. Gunakan perangkap umpan feromon untuk memantau penggerek
batang dewasa serta lakukan tindakan pengendalian segera setelah penggerek
batang terdeteksi di lapangan. Semprotkan produk nimba sejak awal musim sebelum
larva masuk ke dalam batang tanaman. Penyemprotan insektisida juga dapat
dilakukan untuk menghentikan serangan penggerek batang.
Hama lain yang juga sering
dijumpai dalam budidaya tanaman jewawut adalah hama semut, tikus dan burung.
Semut umumnya memakan benih yang baru ditanam. Kawanan semut menggali lubang
untuk mendapatkan biji yang belum tumbuh. Biji diambil sedikit-demi sedikit dan
diangkut sampai habis. Burung, ayam dan tikus mengais biji dari lubang tugal.
Menjelang panen atau fase masak fisiologis tanaman hama burung umumnya
menyerang tanaman. Burung umumnya terbang secara berkelompok.
Untuk antisipasi kerusakan akibat
serangan hama tersebut maka dianjurkan biji yang belum ditanam dapat diberi
perlakuan insektisida anti semut Furadan maupun Sevin. Aplikasi Furadan 3 G
juga dapat dilakukan dengan menaruh butiran Furadan pada lubang tugal bersama
biji jewawut sebelum ditutup tanah atau abu, 2) Aplikasi Sevin juga dilakukan
dengan penyemprotan suspensi Sevin pada biji pada lubang tanam sebelum ditutup,
3) Untuk mengendalikan tikus dan burung dapat dilakukan dengan menyebarkan
umpan biji jagung yang telah dicampur dengan racun tikus (zink phosphit), pada
saat benih baru ditanam.
Baca Juga:
Pencegahan serangan hama burung
menjelang panen umumnya dilakukan dengan memasang paranet atau jala di atas
tanaman. Sebagian petani di wilayah ketinggian di Enrekang Sulsel menggunakan
tiang pipa irigasi sprinker sebagai pengikat jala sekaligus menjadi pengusir
burung. Untuk menghindari kerugian
akibat serangan burung, dianjurkan untuk melakukan tanam secara serempak.
Hama kumbang bubuk menyerang
komoditas pangan utama seperti padi, jagung, sorgum dan jewawut. Sebaran hama
ini di seluruh dunia. Gejala serangan diantaranya biji berlubang dan bercampur
kotoran serangga serta populasi berkembang dengan cepat. Kumbang bubuk
menyerang mulai dari lapangan sampai digudang penyimpanan biji.
Serangga betina mampu bertelur 300-500 butir. Periode telur 3-7 hari. Serangga dewasa tanpa diberi makan dapat bertahan hidup 36 hari, dan bila diberi makan dapat hidup antara 3-5 bulan. Komponen pengendalian terpadu meliputi : 1) Varietas tahan, 2) Pengeringan biji kadar air 10%, 3) Sanitasi tempat penyimpanan biji, 4) Pengasapan, 5) Bahan nabati untuk di campur biji sebelum disimpan : serbuk daun putri malu, daun mendi, daun nimba, akar tuba, biji mahoni dan rimpong dringo, dengan takaran 20-110 gram/kg biji
Penyakit karat umumnya ditemukan
pada finger millet meskipun potensi kerusakan yang ditimbulkan relative kecil.
Gejala karat muncul dalam bentuk kecil, coklat tua, pustula rusak yang tersusun
linier pada permukaan atas daun bagian atas. Karat lebih parah pada 1/3 bagian
atas daun atas dibandingkan dengan daun bagian bawah dan tengah. Spora
berukuran 24µm x 26,25µm, dengan 3-4 pori. Uredospora menginfeksi inang dan
menghasilkan uredia dalam waktu sekitar sepuluh hari, sehingga memastikan
beberapa siklus tahap uredi selama musim panen. Karat dapat menginfeksi daun,
batang dan batang daun. Pengendaliannya berupa memusnahkan induk semang jamur
dan menyemprotkan mancozeb dengan dosis 2,5 g/liter air, segera setelah gejala
awal muncul untuk mengurangi keparahan penyakit ini.
Penyakit lain yang juga menyerang
pertanaman jewawut adalah penyakit bercak dan hawar daun. Penyakit ini juga
dilaporkan menyerang tanaman serealia lainnya khususnya jagung. Penyebab
penyakit ini adalah Helminthoporium maydis Nisik. (Syn. Bipolaris maydis
(Nisik) Shoemaker, Drechslera maydis (Nisik) Subram dan Jain) Stadia Perfectnya
Cochliobolus heterostrophus (Drechs) Drechs,
serta Helminthosporium turcicum Pass. (Syn. Exserohilum turcicum (Pass)
Leonard dan Suggs. Bipolaris turcica (Pass) Shoemaker; Drechslera turcica
(Pass) Subram dan Jain) Stadia perfectnya Trichometasphaeria turcica Luttrell
(Syn. Setospharia turcica (Luttrell) Leonard dan Suggs) Spora (konidia)
memanjang, sedikit membengkok, bersekat tiga sampai delapan. Tangkai konidia
bersekat dua sampai empat. Komponen pengendalian meliputi menanam
galur/varietas tahan, sanitasi sisa pertanaman serta penggunaan aplikasi
fungisida.
Penyakit biji menyerang tanaman
jewawut dengan frekuensi rendah sampai sedang. Gejala serangan meliputi biji yang membusuk dan berwarna
hitam, coklat hijau, kuning, putih, abu-abu,
dll. Penyebab penyakit ini adalah
cendawan Aspergillus spp., Fusarium spp., Diplodia spp., Helminthosporium,
Bothryos-phaeria sp., Cladosporium sp., Rhizoctonia sp., Rhizopus sp.,
Colletotrichum sp.
Komponen pengendalian penyakit
biji meliputi : 1) penggunaan varietas tahan, 2) Panen tepat waktu, 3)
Pengeringan yang baik, kelembaban rendah, suhu 4-10°C, 4) Aplikasi asam organik
: propionic, isobutyric, acetic dan campurannya dengan ammonium isobutyrate, 5)
Penyimpanan biji yang baik, kadar air dibawah 15%.
0 Comments