Ad Code

Responsive Advertisement

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Jewawut

Sorgum
Gambar Foto Pixabay.com

Buku Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut - Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jewawut melalui sejumlah fase besar yaitu: Fase vegetatif yang dimulai dari perkecambahan sampai munculnya malai serta perkembangan batang utama, fase perkembangan malai yang dimulai dari munculnya malai pada batang utama sampai pada pengisian bulir, fase pengisian bulir yaitu proses pematangan bulir secara fisiologis (Bidinger and Maiti, 1981).

Fase vegetatif pada tanaman jewawut dimulai dari proses perkecambahan sampai pada proses inisiasi malai. Selama fase tersebut tanaman membentuk akar primer dan akar adventif. Pertumbuhan dan perkembangan daun secara keseluruhan ada pada fase ini yaitu sampai terbentuk 7 daun. Pada akhir fase ditandai dengan pembentukan beberapa anakan serta perkembangan dan inisiasi malai.

Baca Juga:

Fase selanjutnya adalah fase perkembangan malai dimana pada fase ini semua daun yang terbentuk dari fase pertama mengalami pertumbuhan dan perkembangan maksimal baik panjang maupun lebarnya. Fase ini ditandai dengan penuaan daun pada pangkal terbawah, pemanjangan batang pada tiap ruas, serta inisiasi perbungaan. Akhir fase ini ditandai dengan semakin banyaknya anakan, perkembangan dan inisiasi malai yang terbentuk pada fase sebelumnya serta penyerbukan untuk memulai proses pembentukan biji (Bidinger and Maiti, 1981).

Fase yang terakhir dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah fase pengisian bulir. Pada fase ini dimulai dengan proses pembuahan dari penyerbukan yang terjadi dari fase sebelumnya. Selain itu pada fase ini terjadi peningkatan berat kering dari tiap buliran malai karena terjadi pengisian besar-besaran, perkembangan anakan menuju tanaman dewasa, penuaan pada daun yang tumbuh lebih awal pada fase sebelumnya serta pemasakan bulir secara fisiologis.

Secara detail proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman jewawut dapat dijabarkan secara spesifik sebagai berikut:

Tahap 1. Tahapan Perkecambahan

Tahap ini dimulai dengan proses munculnya koleoptil dari permukaan tanah. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air oleh benih, yang mengaktifkan metabolisme dalam sel. Dalam waktu kurang lebih 16 jam setelah mulai perkecambahan, radikula muncul pada daerah hilus dan diikuti oleh pembentukan akar adventif yang halus pada selubung koleoptil sekitar 2 jam kemudian. Pertumbuhan  radikula tumbuh ke bawah dengan cepat dan menghasilkan rambut akar halus. Koleoptil tumbuh ke atas perlahan-lahan melalui tanah sampai muncul dari permukaan tanah. Waktu yang diperlukan dari perkecambahan untuk munculnya koleoptil di permukaan tanah tergantung pada kedalaman penanaman, kelembaban tanah dan suhu. Secara umum tahapan ini memerlukan waktu sekitar 2 sampai 3 hari (Bidinger and Maiti, 1981).

Tahap 2. Tahap Tiga Daun

Tahapan ini dimulai sekitar 5 hari setelah munculnya koleoptil, lamina daun ketiga dapat terlihat dalam lingkaran daun kedua tanpa memisahkan daun pertama dan kedua. Daun pertama terlihat sepenuhnya sedangkan daun kedua masih sedikit digulung di pangkalan. Pada tahap ini akar utama tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi pula pembentukan akar adventif sekitar 2 sampai 3 buah. Pada tahapan ini perkembangan ukuran daun masih belum maksimal dengan warna hijau muda (Bidinger and Maiti, 1981).

Tahap 3. Tahap 5 daun

Tahapan ini terjadi sekitar 13-15 hari setelah munculnya lamina daun kelima. Terjadi pertumbuhan dan perkembangan daun pertama dan kedua secara maksimal. Daun ketiga masih sedikit digulung.  Titik pertumbuhan utama masih terlihat dengan sangat jelas dengan batang yang dikelilingi oleh primordia daun muda yang sedang  berkembang. Akar utama berkembang dengan sangat baik dengan akar adventif yang jumlahnya lebih dari 3 buah. Pada tahapan ini tanaman beberapa daun memiliki warna hijau tua dan terlihat jauh lebih kokoh dari sebelumnya (Bidinger and Maiti, 1981).

Tahap 4. Inisiasi Malai

Pada tahap ini terjadi perubahan titik tumbuh dari tahapan vegetatif ke tahapan reproduksi, yaitu dari perkembangan primordia daun ke perkembangan bulir. Pada fase ini semua daun telah telah tumbuh dengan kisaran jumlah lebih dari 5 helai.  Pada fase ini semua daun mengalami pertumbuhan yang maksimal dengan dua daun yang tumbuh pada awal pertumbuhan mulai tampak menua. Akar utama telah menghasilkan akar adventif yang berkembang  dengan sangat pesat.  Selain itu, beberapa anakan muncul pada tahapan ini(Bidinger and Maiti, 1981) .

Tahap 5. Pembentukan Daun Bendera

Pada tahapan pembentukan daun bendera ditandai dengan perkembangan keseluruhan daun secara maksimal, ruas batang memanjang secara berurutan, mulai dari dasar sampai ruas paling atas. Pada  tahap pembentukan daun bendera terjadi perkembangan yang sangat cepat pada malai. Malai yang mengalami perkembangan tersebut  tertutupi  oleh selubung bendera dan daun  yang ada disekitarnya. Pada fase ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan ruas lebih lambat daripada tahapan sebelumnya (Bidinger and Maiti, 1981).

Tahap 6. Pembentukan Malai

Pada tahapan ini malai masih tertutup oleh daun bendera. Perkembangan malai hampir selesai ditandai dengan pertambahan panjang dan lebar secara maksimal. Malai dengan cepat meningkatkan panjang dan lebar. Fase diakhiri dengan munculnya malai dari celah permukaan daun malai yang menutupinya. Proses perkembangan selanjutnya akan mengarah pada pertambahan diameter dan juga panjang ruas pada malai (Bidinger and Maiti, 1981).

Tahapan 7. Tahapan Perbungaan

Stigma mulai muncul sekitar 3-5 hari setelah munculnya malai, meskipun ini bervariasi dengan varietas. Pada umumnya stigma beberapa sentimeter dari dasar malai. 50% berbunga dicapai pada saat stigma telah memenuhi seperdua dari ukuran malai. Setelah terjadinya penyerbukan stigma mengerut dalam rentan waktu beberapa jam. Pertumbuhan anter pertama dimulai dari dekat bagian atas malai menuju dasar malai dengan waktu 2 sampai 3 hari (Bidinger and Maiti, 1981).

Tahapan 8. Pengsian Bulir oleh Cairan Susu

Tahapan ini dimulai  6-7 hari setelah terjadinya pembuahan. Pada tahap ini terjadi pengisian bulir oleh cairan susu yang banyak mengandung karbohidrat. Proses pengisian bulir ini menandai awal periode pengendapan cairan pati dalam sel endosperm, dan pada periode ini terjadi  peningkatan berat kering dari bulir yang ada (Bidinger and Maiti, 1981).

Tahap 9. Masak Fisiologis

Masak fisiologis ditandai dengan pembentukan lapisan hitam kecil di wilayah hilus dari bulir.  Pembentukan lapisan ini bertepatan dengan berhentinya pengisian bulir oleh cairan susu. Oleh karena itu akan berdampak pada berhentinya pertumbuhan butir. Pembentukan lapisan hitam dimulai dari bagian atas malai yang (seperti halnya munculnya stigma) menuju dasar malai. Pada tahap ini jewawut telah mencapai berat kering maksimum dan endosperm menjadi keras (Bidinger and Maiti, 1981).

Penulis: Muhammad Azrai, Muhammad Aqil, Suarni, Roy Efendi, Bunyamin Z dan Rahmi Y. Arvan

Post a Comment

0 Comments

Close Menu